REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wimar Witoelar menutup akun media sosialnya lantaran foto dan status yang ia unggah pada Ahad (15/6).
Sebelumnya, Wimar memposting sebuah foto di akun Facebooknya. Isinya, berupa foto yang memerlihatkan Prabowo Subianto dan elite koalisi Merah Putih yang dipadukan dengan tokoh terorisme.
Foto yang diduga rekaan tersebut memperlihatkan Prabowo bersama Hatta Rajasa bersama serta elite partai pendukungnya. Seperti Anis Matta, Aburizal Bakrie, Suryadharma Ali hingga Tiffatul Sembiring. Terdapat juga tokoh Islam garis keras seperti Ketua FPI Habib Rizieq Shihab dan Abubakar Ba'asyir.
Namun di bagian atasnya, tampak beberapa tokoh terorisme. Misalnya, terpidana mati kasus bom Bali Imam Samudera dan Amrozi. Ada juga pimpinan Alqaidah Osama bin Laden. Tokoh-tokoh tersebut mengapit mantan presiden Soeharto yang juga merupakan bekas mertua Prabowo.
Sementara di bagian bawah, terpampang logo partai dan beberapa ormas Islam. Seperti Muhammadiyah dan Hizbut Tahrir Indonesia (HIT). Meski pun, tak terlihat logo Nahdlatul Ulama (NU) yang merupakan salah satu ormas Islam tertua di Indonesia.
Selain itu, Wimar juga memberikan komentar terkait foto itu. "Gallery of Rogues.. Kebangkitan Bad Guys" (Galeri Bajingan.. Kebangkitan Orang Jahat).
Karena hal itu, ia mendapat banyak kecaman, khususnya dari Muhammadiyah. Wimar pun menyatakan permintaan maafnya kepada seluruh pihak yang tersinggung dengan foto dan status itu.
Sebagai bentuk tanggung jawab, ia telah meminta foto itu untuk dihapus. Namun, ketika ROL katakan kalau foto itu masih ada, ia langsung menyatakan akan menutup akun media sosialnya jika memang perlu.
"Secara teknis saya kurang terampil untuk mencabut foto. Saya dengar barusan, foto itu sudah dicabut. Tapi kalau memang masih ada foto itu, saya tutup akun untuk masalah ini," katanya kepada ROL melalui sambungan telepon, Kamis (19/6).
Ia mengaku teledor dan tak teliti dengan mengunggah foto dan status itu. Sehingga, tak menyadari adanya logo Muhammadiyah.
"Saya menyesal dan tak ingin ketenangan dengan Muhammadiyah menjadi terganggu. Saya salah tempat dan tak ada nilainya dengan ketenganan organisasi penting seperti Muhammadiyah," paparnya.
sumber: Republika.co.id