Sabtu, 27 September 2014

Sejarah Kependudukan Dunia dan Indonesia

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqAbOp6T6_lhqa-qMLeTXUIKhSRdlvqfVCnivM_d_6twTBEHbdJPkaH3hGK0HS_EOze-xhoN4lLafnuEqroEKL45S_1RgCmoyQ4IlfGrLgCRJ9vJmHhMId0S2SIm9INw-5ehIHdzgVt4k/s1600/pemukiman-padat-penduduk.jpg

BAB 1
Pendahuluan
I.                  Latar Belakang
Masalah kependudukan sudah menjadi masalah global. Pertambahan penduduk yang tidak terkendali dapat mengakibatkan kebutuhan hidup meningkat, sedangkan kualitas lingkungan semakin menurun. Hal tersebut mengakibatkan tidak seimbangnya antara persediaan sumber-sumber daya yang ada dengan kebutuhan sehingga kesejahteraan hidup kurang terwujud. Tanpa ada pengendalian laju pertumbuhan penduduk, suatu saat manusia akan mengalami kekurangan bahan makanan. Saat itu seluruh sumber daya yang ada tidak mampu menghidupi penduduknya secara layak atau kesejahteraan tidak terwujud. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, pertumbuhan penduduk harus dikendalikan dan perlunya usaha konservasi terhadap sumber-sumber daya alam.
Masalah kependudukan yang terjadi di dunia berimbas pula pada Negara bagian seperti Indonesia, bahkan di Indonesia lebih kompleks karena Indonesia termasuk negara kepulauan yang mempunyai lebih dari 13.666 pulau dan berbagai suku bangsa dengan adat dan lingkungan yang berbeda-beda. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-5 sesudah RRC, India, USSR, dan USA, sangat merasakan dampaknya. Banyaknya jumlah penduduk berdampak positif dan negative. Dampak positifnya adalah semakin banyaknya sumber daya manusia yang dapat mengabdikan diri untuk memajukan Negara disegala bidang. Namun jika pertumbuhan penduduk tanpa diimbangi dengan peingkatan kualitas sumber daya manusianya juga akan berdampak negative bagi Negara tersebut. Dampak negative itu sepertimunculnya masalah-masalah  kependudukan akibat kurangnya sarana untuk mengimbangi jumlah penduduk dan penyebarannya yang tidak merata, masalah social, dan sebagainya yang semakin lama semakin kompleks. Jika hal ini tidak segera ditanggulangi maka akan terjadi ledakan penduduk. oleh sebab itu, pertumbuhan penduduk harus dikontrol setiap saat agar dapat dikendalikan lajunya.

II.               Rumusan Masalah
a.       Bagaimana perkembangan penduduk dunia ?
b.      Bagaimana perkembangan penduduk Pulau Jawa ?
c.       Bagaimana perkembangan penduduk Indonesia ?

d.    Tujuan

a.       Menjelaskan perkembangan penduduk dunia.
b.      Menjelaskan perkembangan penduduk pulau Jawa.
c.       Menjelaskan perkembangan penduduk Indonesia.
   
BAB II
Pembahasan
A.    Sejarah Perkembangan Penduduk: Dunia dan Indonesia
1.      Perkembangan penduduk Dunia
Perkembangan jumlah penduduk dunia sangat erat kaitannya dengan perkembangan peradaban manusia dalam berinteraksi dengan alam sekitar. Ada tiga tahap perkembangan peradaban manusia hingga kini yaitu:
-          Jaman ketika manusia mulai mempergunakan alat-alat untuk menanggulangi kehidupannya. Jaman ini berlangsung beberapa juta tahun lalu yang terbagi atas jaman peralatan batu tua, batu muda, dan perunggu.
-          Jaman ketika manusia mulai mengembangkan usaha pertanian menetap yang mengubah kehidupannya yang semula dengan berburu dan nomaden menjadi bertani dan menetap disekitar pertanian tersebut.
-          Jaman mulainya era industrialisasi sekitar abad ke-17 sesudah Masehi yang ditandai dengan tumbuhnya pusat-pusat industry dan berkembangnya kota-kota permukiman manusia (Tomlison, 1965)
Pertumbuhan penduduk terlihat meningkat kira-kira pada 6000-9000 tahun lalu ketika teknik bertani sudah mulai dikenal dan menyebar dibeberapa bagian dunia yang memungkinkan produksi pangan meningkat sehingga manusia semakin makmur. Selain itu berkembangnya ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi dalam mengolah sumber daya alam yang ada juga membuat kehidupan manusia semakin baik.
Revolusi petanian yang memungkinkan bertambahnya manusia melebihi jumlah 20 juta. Pada 6000 tahun yang lalu, yaitu kira-kira saat munculnya Kerajaan Mesir, penduduk manusia diperkirakan sudah mencapai 90 juta jiwa. Itu berarti sekitar 4000 tahun penduduk telah bertambah kira-kira 10-16 kali lipat. Di sekitar jaman kristus ditaksir penduduk sudah mencapai antara 200-300 juta jiwa dan pada tahun 1650 permulaan jaman modern jumlah itu menjadi sekitar setengah milyar jiwa. Pada permulaan jaman Revolusi Industri (1750) penduduk diperkirakan telah menjadi 728 juta jiwa.
Berkaitan dengan tahap perkembangan teknologi maupun peristiwa-peristiwa sosial ekonomi penting yang dialami penduduk dunia, maka sejak tahun 1650 Thomson dan lewis (1978) membagi periode perkembangan penduduk dunia ke dalam lima periode, yaitu:
1.      Periode 1650-1800
Ditandai dengan perkembangan teknik-teknik pertanian baru, pendirian pabrik-pabrik dalam tahap awal serta pengembangan sarana transportasi dan perhubungan, disertai dengan kestabilan politik yang relatif terjadi dibanyak negara di dunia. Penduduk dunia pada akhir periode ini diperkirakan sebanyak 900 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk 0,4 persen per tahun.
2.      Periode 1800-1850
Pertumbuhan penduduk dunia sudah menunjukkan variasi antara negara satu dengan yang lain maupun antara satu kawasan benua dengan kawasan benua yang lain. Di Eropa dalam waktu 50 tahun penduduknya bertambah sekitar 33,3 persen. Peningkatan penataan kehidupan politik dan ekonomi bangsa-bangsa pada masa ini mendorong stabilnya penyediaan pangan yang cukup bagi penduduk, di samping kesadaran kesehatan lingkungan.
3.      Periode 1850-1900
Ditandai dengan sudah banyaknya negara di dunia yang sudah melaksanakan sensus penduduk secara lengkap, sehingga data kependudukan dunia sudah semakin banyak dan reliabilitasnya semakin tinggi. Kemajuan teknologi pada masa ini semakin mendorong peningkatan produktivitas manusia. Pengorganisasian kehidupan sosial, ekonomi, dan politik penduduk negara-negara barat semakin nampak terutama daerah urban. Dalam periode ini juga telah mulai menurunnya tingkat fertilitas di beberapa negara, sudah timbul kesadaran dan keyakinan bahwa pertumbuhan penduduk sepenuhnya dapat dikendalikan dari tingkat kelahiran dan kematian.
4.      Periode 1900-1930
Peristiwa dunia yang membawa pengaruh demografis yang besar ialah Perang Dunia 1. Dalam peristiwa ini banyak penduduk yang meninggal di medan perang, ataupun meninggal karena buruknya keadaan ekonomi. Banyak negara yang dilanda penyakit yang menyebabkan kematian terutama infeksi.
5.      Periode 1930 sampai sekarang
Merupakan periode peledakan penduduk dunia yang cukup besar terutama setelah Perang Dunia II. Peningkatan pelayanan kesehatan semakin meningkat terutama dengan penemuan berbagai jenis obat anti biotika. Penemuan teknologi-teknologi modern semakin mendorong peningkatan kualitas hidup. Disatu pihak keadaan ini justru semakin mensukseskan usaha pengendalian penduduk negara-negara maju, namun sebaliknya di negara-negara yang belum maju terutama pada awal periode justru mendorong pertambahan penduduk yang cukup besar. Dalam periode inilah angka 4 Milyar dari jumlah penduduk dunia dicapai. Dalam periode ini pula, kesadaran akan penurunan tingkat kelahiran sebagai usaha menekan laju pertumbuhan penduduk, menjadi progam internasional yang mencakup hampir semua negara di dunia.
Jika penduduk dunia terus bertambah dengan kecepatan 2% setahun maka dalam sekitar tujuh abad lagi maka hanya akan ada tempat untuk duduk di dunia ini. Penduduk dunia tidaklah bertambah secara merata menurut tempat. Sebagian daerah bertambah secara cepat dari yang lainnya, jadi disamping jumlah, distribusi penduduk menurut geografi juga perl diperhatikan.
Terjadinya ledakan penduduk dimulai dari Eropa karena Revolusi Industri dimulai disana. Bangsa Eropa kemudian menyebar ke Amerika (utara sampai selatan), Australia, Afrika Selatan, dan Selandia Baru. Kemudian menjajah hampir seluruh dunia.
Perkembangan penduduk dunia mula-mula berjalan lambat hingga zaman modern dan kemudian berjalan dengan semakin cepat sepanjang sejarah manusia hingga tahun 2000. Sehingga pertumbuhan penduduk sulit dikendalikan dan akan berakibat pada ledakan penduduk.

2.      Perkembangan Penduduk Jawa Abad Ke-19 
 Indonesia, sekali pun untuk Jawa, informasi atau data demografi abad ke-19 yang tersedia sangat terbatas. Bahkan informasi yang sangat dasar seperti angka-angka jumlah penduduk sering merupakan sumber perdebatan. Para ahli pada umumnya berpendapat adanya under enumeration bagi angka-angka jumlah penduduk resmi awal abad ke-19. Namun angka-angka tersebut seperti angka "sensus" Raffles masih dipandang bermanfaat. Bahkan ada penulis-penulis yang walaupun mengakui angka Raffles terlalu rendah sebagai penduduk Jawa di permulaan abad ke-19, telah mengambil data "sensus" Raffles tersebut sebagai hitungan awal.
Breman berpendapat bahwa angka-angka pertambahan penduduk Jawa pada abad ke-19 atas dasar angka-angka resmi lebih tinggi daripada kenyataan yang sesungguhnya walaupun dibandingkan dengan abad-abad sebelumnya dan dengan masyarakat praindustri lainnya, Jawa mengalami pertambahan penduduk yang sangat cepat.
Alasan-alasan terpenting yang umumnya dikemukakan untuk menerangkan perkembangan penduduk cepat di Jawa berkisar pada:[1]
a.       Terjadinya perbaikan tingkat hidup dari penduduk pribumi;
b.      Meluasnya pelayanan kesehatan; kongkritnya adalah introduksi vaksinasi cacar; dan
c.       Perwujudan ketertiban dan perdamaian oleh pemerintah Belanda. 
Perkembangan penduduk dihubungkan dengan meningkatnya pengaruh sistem pemerintah kolonial Belanda terhadap berbagai lapangan kehidupan.
Berdasarkan sensus penduduk Indonesia, penduduk tahun 2010 menunjukkan jumlah 238,5 juta jiwa.Sebanyak 54,7 persen penduduk Indonesia atau sekitar 305,6 juta jiwa terpusat di area Pulau Jawa (Tempo.co, 8 Februari 2013). Kepadatan penduduk tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan pada 2010, kepadatan penduduk sudah terjadi di Jawa Barat sejak saat itu hingga dua dasawarsa mendatang. Yang mana pada tahun 2035, Jawa Barat diperkirakan akan menjadi provinsi terpadat dengan jumlah penduduk 57,1 juta jiwa.
Berdasarkan data proyeksi Badan Pusat Statistik, pertumbuhan penduduk di Jawa Barat 18,6 persen pada 2035. Kepadatan penduduk secara berurutan juga terjadi di Provinsi Jawa Timur 41,1 juta jiwa, Jawa Tengah 37,2 juta jiwa, Banten 16,03 juta jiwa, dan Jakarta 11,4 juta jiwa. Adapun pertumbuhan penduduk di Jakarta berada di kisaran 3,9 persen hingga 2035.
Dalam hal pertumbuhan penduduk sebenarnya pulau Jawa adalah daerah dengan pertumbuhan penduduk paling rendah dibanding dengan daerah-daerah lainnya, seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan pulau lainnya. Namun untuk kepadatan, pulau Jawa-lah yang menempati posisi teratas pulau dengan penduduk tertinggi.
Bertambah padatnya penduduk pulau Jawa tidak terlepas dari meningkatnya proses urbanisasi khususnya ke Jakarta dan daerah penyanggah lainnya, di mana prosesnya meningkat setelah era 1980-an. Jika pada 1980, urbanisasi ke Jakarta mencapai 93,69 persen, kemudian meningkat menjadi 100 persen pada 1990 dan stabil 100 persen pada 1995.
Meskipun begitu, pulau Jawa masih unggul dalam tingkat migrasi keluar dengan 2,59% pada tahun 1980. Tingginya tingkat migrasi ini jelas berkaitan dengan semakin kritisnya jumlah penduduk masyarakat Jawa. Dilihat dari segi asal migran, yaitu pulau tempat tinggal sebelumnya, maka nampak bahwa mayoritas migran berasal dari pulau Jawa yaitu 61,88% pada tahun 1980. Kemudian disusul dengan pulau Sumatra dengan 16,49%. Dari uraian di atas sekiranya dapat dikatakan bahwa migrasi penduduk Indonesia identik dengan migrasi penduduk Jawa-Sumatra. Hal ini disebabkan karena volume serta arah migrasi di luar Jawa-Sumatra kurang memberi bentuk serta warna terhadap fenomena migrasi di Indonesia (Sunarto, 1985: 57)
Dalam hal migrasi masuk, lebih dari seperempat dari jumlah migran total di Indonesia telah memasuki Jakarta. Tidak kalah menariknya adalah ketiga provinsi di pulau Jawa, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten dan Jawa Timur. Ketiga provinsi yang amat padat ini menerima imigran dari provinsi lain luar pulau jawa sebesar 23,51% dari jumlah migran seluruh Indonesia.
Masuknya migran-migran dari luar pulau Jawa untuk meninggali pulau Jawa tidak lain karena faktor ekonomi. Banyak sekali kegiatan ekonomi yang berada di pulau Jawa dan juga aksesibilitas pulau Jawa sangat mudah dibanding daerah lainnya. Segala jenis moda transportasi lengkap di pulau Jawa untuk menunjang perekonomian. Dengan kemudahan ini pastinya harga-harga kebutuhan di Pulau Jawa bisa dikatakan murah dibanding pulau-pulau lainnya.
3.      Penduduk Indonesia Abad ke-20
Dalam zaman sebelum Indonesia merdeka, pengumpulan data jumlah penduduk yang lebih seksama mencakup seluruh wilayah Indonesia dilaksanakan untuk pertama kali pada tahun 1920 yang dikenal sebagai Sensus Penduduk 1920. Sesudah itu berlangsung lima kali pengumpulan data penduduk melalui sensus yaitu satu kali sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1930, dan empat kali setelah Indonesia merdeka masing-masing pada tahun 1961, 1971, 1980, dan 1990. Data jumlah penduduk dari keempat sumber ini cukup dapat dipercaya.
Dalam masa 60 tahun terakhir antara 1930-1990 jumlah penduduk Indonesia hampir menjadi tiga (3) kali lipat. Suatu percepatan perkembangan penduduk telah terjadi di Indonesia dalam jangka waktu lima (5) dekade terakhir hingga tahun 1980. Namun pada periode 1980-1990 perkembangan penduduk Indonesia secara keseluruhan telah menurun menjadi sekitar 2,0 persen per tahun. Perkembangan penduduk tahunan yang sedang berlangsung dewasa ini lebih rendah di Jawa dibandingkan dengan kebanyakan pulau-pulau lain di luar Jawa.
Jumlah Penduduk di suatu Negara tidak terlepas dari masalah pertambahan penduduk alami. Dimana beberapa Negara berkembang mempunyai pertumbuhan penduduk yang sangat  tinggi (Sunarto, 1985: 1). Negara berkembang seperti Indonesia, angka pertumbuhannya berada dikisaran 2,3%, berbeda dengan Negara maju seperti Belanda, Inggris ataupun Jerman yang berada di angka kisaran -0,2%.
Dengan angka 2,3% maka Indonesia akan mengalami lonjakan jumlah penduduk yang tinggi. Berdasar pada hasil Sensus Penduduk Indonesia tahun 1980, jumlah penduduk Indonesia sebesar 147.490.000 jiwa. Kemudian menurut Sensus Penduduk Indonesia pada tahun 2010 penduduk Indonesia sudah berjumlah 238.500.000 jiwa. Kita bisa bayangkan betapa dahsyatnya perkembangan penduduk Indonesia dalam kurun waktu 30 tahun. Dengan jumlah tersebut Indonesia menempati posisi ke empat dengan jumlah penduduk Negara terbanyak. Kedudukan tersebut ternyata tidak berubah sejak tahun 1961.
Jumlah penduduk yang besar akan menimbulkan permasalahan apabila tidak dimanfaatkan dengan baik. Besarnya jumlah penduduk di Indonesia lebih merupakan beban daripada modal pembangunan. Hal ini disebabkan karena penduduk Indonesia bersifat konsumtif (Sunarto, 1985: 2). Selain konsumtif, masyarakat Indonesia dirasa masih belum mampu menciptakan lapangan pekerjaannya sendiri. Keadaan itu berbeda jauh dari Negara Jepang, yaitu jumlah penduduk yang besar merupakan kekayaan dan modal utama bagi lajunya pertumbuhan ekonomi. Banyak orang-orang Jepang membuka lapangan pekerjaan sendiri dengan berskala Internasional.
Besarnya jumlah penduduk di Indonesia dari sensus ke sensus terus meningkat, sedangkan daya dukung alam (kekayaan alam) yang tersedia tidak pernah bertambah, bersifat terbatas, sehingga makin lama makin menipis (Muhsinatun dkk, 2002: 24). Sehubungan dengan peningkatan jumlah penduduk dan penipisan sumber alam, kesejahteraan hidup pun semakin rendah dan akan menambah jumlah masyarakat miskin.
Besarnya jumlah penduduk juga akan berdampak pada penyempitan lahan hijau. Hal ini dikarenakan banyaknya orang yang membutuhkan lahan untuk pemukiman dan juga untuk membuka usaha, yang mana mengorbankan lahan terbuka hijau. Hal inilah yang menyebabkan kepadatan penduduk semakin tinggi. Kepadatan ini biasanya terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung. Di kota-kota besar harga tanah terus meninggi, sehingga hanya golongan ekonomi kuat yang mampu memiliki rumah, sementara golongan terbesar masyarakat tidak memiliki rumah yang layak, bahkan tidak sedikit yang tunawisma dan hidup sebagai gelandangan.
Untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan perbaikan terpadu dari seluruh bidang kehidupan, dalam hal ini meliputi sarana kesehatan, sarana pendidikan, kebutuhan pangan.
1.      Sarana kesehatan
Pemenuhan sarana kesehatan perlu untuk dikaji lebih lanjut, apabila dalam pemenuhan sarana kesehatan tersebut tidak diimbangi dengan kenaikan jumlah penduduk yang setiap tahun bertambah. Hal ini akan menjadikan sebuah masalah baru yang akan menambah masalah yang telah ada sebelumnya. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan sarana kesehatan pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan kualitas sarana kesehatan, diantaranya dengan membuat jaminan pemeliharaan kesehatan berupa asuransi sosial kesehatan seperti penduduk negara maju.
2.      Sarana Pendidikan
Kebutuhan akan pendidikan tidak dapat dipungkiri merupakan kebutuhan pokok penduduk yang telah menjadi bagian penting dalam kehidupan mereka. Sebab hal ini sangat terkait dengan indikator laju pertumbuhan penduduk lainnya. Pemenuhan sarana pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah harus dapat memenuhi permintaan masyarakat terutama bila terkait dengan laju pertumbuhan penduduk yang tiap tahun mengalami kenaikan. Sarana pendidikan ini digunakan untuk membentuk SDM yang tangguh untuk bersaing di dunia kerja. Pendidikan yang dapat membangun manusia Indonesia yang mampu mengantisipasi, melakukan prevensi dan adaptasi serta berjuang melawan pengaruh-pengaruh luar negeri agar tidak mengganggu kehidupan bangsa Indonesia. Namun, hal itu harus di dukung dengan dengan sarana dan prasarana yang memadai seperti memperkuat kelembagaan pendidikan dan fasilitasnya, program pendidikan berkualitas tersebar secara geografi, dan juga penguasaan pengetahuan ekonomi dasar dan ekonomi pembangunan yang benar.
3.      Kebutuhan Pangan
Kebutuhan pangan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang tidak dapat ditunda lagi upaya pemenuhannya. Hal itu merupakan bagian yang penting terutama terkait dengan proses dan ciri makhluk hidup yaitu makan. Pertumbuhan penduduk, baik dunia maupun Indonesia menjadi permasalahn paling mendasar dalam pemenuhan pangan. Jika pertumbuhan penduduk tidak terkontrol, Indonesia akan menghadapi masalah penyediaan pangan dan pemeliharaan gizi masyarakat.
Indonesia merupakan salah satu Negara dengan tingkat permintaan pangan yang tinggi. Sebetulnya, permasalahan pemenuhan kebutuhan pangan ini justru dapat menjadi peluang bagi Indonesia sebagai Negara agraris karena sebagian besar mata pencaharian penduduk tergantung pada sektor pertanian.
Perolehan pangan yang cukup sesuai norma gizi merupakan hak azasi manusia karena hidup dan kehidupan yang sehat adalah hak azasi manusia. Ketahanan pangan merupakan indikator kesejahteraan individu (keluarga) sehingga mestinya menjadi salah satu tujuan utama pembangunan. Ketahanan pangan sebagai prasyarat untuk pembangunan sumber daya manusia yang sehat menjadikannya sebagai instrumen pembangunan. Pembangunan hanya dapat berhasil jika dilaksanakan dan didukung oleh insan yang sehat dan produktif. Ketahanan pangan yang mantap juga esensial untuk menjaga stabilitas sosial-politik yang pada gilirannya berfungsi sebagai prasyarat pelaksanaan pembangunan.
Jumlah penduduk yang besar harusnya menjadi sumber kekuatan bagi negaranya dan bukan malah menjadi beban untuk negaranya. Bila penduduk yang berada di dalam Negara tersebut memiliki daya saing yang tinggi dan kompetensi yang teruji, secara otomatis penduduknya menjadi sumberdaya bagi negaranya. Ketika penduduk di suatu Negara telah menjadi sumberdaya bagi negaranya. Maka, ini merupakan suatu point penting berkenaan dengan ketahanan nasional di negaranya. Apa sebabnya? penduduk yang menjadi sumberdaya, mereka mempunyai kekuatan untuk dapat menghasilkan sesuatu ketika negara tersebut di embargo oleh negara lain.




BAB III
KESIMPULAN

Dari uraian sejarah perkembangan penduduk baik di dunia, indonesia, maupun di Pulau Jawa, dapat ditarik kesimpulan bahwa penduduk selalu mengalami peningkatan dari zaman batu tua, batu muda hingga zaman perunggu pertambahan penduduk cukup signifikan. Pertumbuhan penduduk ini tak terlepas dari dukungan angka kelahiran yang tinggi dan angka kematian yang rendah. Laju pertumbuhan penduduk dunia meningkat dengan cepat dimulai pada tahun 1650, dimana revolusi pertanian mulai dilakukan sehingga terjadi peningkatan mutu kualitas hidup masyarakat luas. Revolusi pertanian pertama kali terjadi di Eropa dan mulai menyebar keseluruh negara-negara bagian.
Namun menjelang permulaan abad ke-20, dibeberapa negara barat telah terjadi penurunan tingkat kelahiran dan kematian. Namun sebaliknya di beberapa negara yang sedang berkembang justru tingkat kelahiran tinggi yang tidak dibarengi oleh tingginya tingkat kematian. Sehingga negara-negara berkembang cenderung berpenduduk banyak dan padat. Seperti halnya negara Indonesia, yang merupakan salah satu negara sedang berkembang yang memiliki jumlah penduduk besar ke-4 dunia dengan jumlah pulau lebih dari 13.666. namun jumlah penduduk terbesar ada di pulau Jawa, karena Pulau Jawa dilihat secara geografis letaknya sangat strategis dan subur. Selain itu juga sarana prasarana sosial di pulau jawa cukup memadai. Sehingga tingkat mutu hidupnya tinggi.
Melihat jumlah penduduk yang kian meningkat, maka pemerintah serta pihak –pihak yang menangani maslah kependudukan perlu menanganinya baik secara regional maupun internasional. Dimaksudkan agar pertumbuhan penduudk dunia dapat dikendalikan.


[1]Ibid.,hal.71





Disusun Oleh:
1.      Wulan Nurwitasari      12416244027
2.      Wiwit Wijanarsih        13416241013
3.      Lendi Tri Wijaya         13416241019
4.      Tati Nur Amanah        13416244012
5.      Fauzi Styobudi            13416244013
6.   Tista Veris Ayudiana   13416244014      
 
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More