BAB
1
Pendahuluan
I.
Latar
Belakang
Masalah kependudukan
sudah menjadi masalah global. Pertambahan penduduk yang tidak terkendali dapat mengakibatkan
kebutuhan hidup meningkat, sedangkan kualitas lingkungan semakin menurun. Hal
tersebut mengakibatkan tidak seimbangnya antara persediaan sumber-sumber daya yang
ada dengan kebutuhan sehingga kesejahteraan hidup kurang terwujud. Tanpa ada
pengendalian laju pertumbuhan penduduk, suatu saat manusia akan mengalami
kekurangan bahan makanan. Saat itu seluruh sumber daya yang ada tidak mampu menghidupi
penduduknya secara layak atau kesejahteraan tidak terwujud. Untuk
mengantisipasi permasalahan tersebut, pertumbuhan penduduk harus dikendalikan
dan perlunya usaha konservasi terhadap sumber-sumber daya alam.
Masalah kependudukan
yang terjadi di dunia berimbas pula pada Negara bagian seperti Indonesia,
bahkan di Indonesia lebih kompleks karena Indonesia termasuk negara kepulauan
yang mempunyai lebih dari 13.666 pulau dan berbagai suku bangsa dengan adat dan
lingkungan yang berbeda-beda. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk
terbesar ke-5 sesudah RRC, India, USSR, dan USA, sangat merasakan dampaknya.
Banyaknya jumlah penduduk berdampak positif dan negative. Dampak positifnya
adalah semakin banyaknya sumber daya manusia yang dapat mengabdikan diri untuk
memajukan Negara disegala bidang. Namun jika pertumbuhan penduduk tanpa
diimbangi dengan peingkatan kualitas sumber daya manusianya juga akan berdampak
negative bagi Negara tersebut. Dampak negative itu sepertimunculnya
masalah-masalah kependudukan akibat
kurangnya sarana untuk mengimbangi jumlah penduduk dan penyebarannya yang tidak
merata, masalah social, dan sebagainya yang semakin lama semakin kompleks. Jika
hal ini tidak segera ditanggulangi maka akan terjadi ledakan penduduk. oleh
sebab itu, pertumbuhan penduduk harus dikontrol setiap saat agar dapat
dikendalikan lajunya.
II.
Rumusan
Masalah
a. Bagaimana
perkembangan penduduk dunia ?
b. Bagaimana
perkembangan penduduk Pulau Jawa ?
c. Bagaimana
perkembangan penduduk Indonesia ?
d.
Tujuan
a. Menjelaskan
perkembangan penduduk dunia.
b. Menjelaskan
perkembangan penduduk pulau Jawa.
c. Menjelaskan
perkembangan penduduk Indonesia.
BAB
II
Pembahasan
A. Sejarah
Perkembangan Penduduk: Dunia dan Indonesia
1. Perkembangan
penduduk Dunia
Perkembangan jumlah
penduduk dunia sangat erat kaitannya dengan perkembangan peradaban manusia
dalam berinteraksi dengan alam sekitar. Ada tiga tahap perkembangan peradaban
manusia hingga kini yaitu:
-
Jaman ketika manusia mulai mempergunakan
alat-alat untuk menanggulangi kehidupannya. Jaman ini berlangsung beberapa juta
tahun lalu yang terbagi atas jaman peralatan batu tua, batu muda, dan perunggu.
-
Jaman ketika manusia mulai mengembangkan
usaha pertanian menetap yang mengubah kehidupannya yang semula dengan berburu
dan nomaden menjadi bertani dan menetap disekitar pertanian tersebut.
-
Jaman mulainya era industrialisasi
sekitar abad ke-17 sesudah Masehi yang ditandai dengan tumbuhnya pusat-pusat
industry dan berkembangnya kota-kota permukiman manusia (Tomlison, 1965)
Pertumbuhan penduduk
terlihat meningkat kira-kira pada 6000-9000 tahun lalu ketika teknik bertani sudah
mulai dikenal dan menyebar dibeberapa bagian dunia yang memungkinkan produksi
pangan meningkat sehingga manusia semakin makmur. Selain itu berkembangnya ilmu
pengetahuan dan perkembangan teknologi dalam mengolah sumber daya alam yang ada
juga membuat kehidupan manusia semakin baik.
Revolusi petanian yang memungkinkan
bertambahnya manusia melebihi jumlah 20 juta. Pada 6000 tahun yang lalu, yaitu
kira-kira saat munculnya Kerajaan Mesir, penduduk manusia diperkirakan sudah
mencapai 90 juta jiwa. Itu berarti sekitar 4000 tahun penduduk telah bertambah
kira-kira 10-16 kali lipat. Di sekitar jaman kristus ditaksir penduduk sudah
mencapai antara 200-300 juta jiwa dan pada tahun 1650 permulaan jaman modern
jumlah itu menjadi sekitar setengah milyar jiwa. Pada permulaan jaman Revolusi
Industri (1750) penduduk diperkirakan telah menjadi 728 juta jiwa.
Berkaitan
dengan tahap perkembangan teknologi maupun peristiwa-peristiwa sosial ekonomi
penting yang dialami penduduk dunia, maka sejak tahun 1650 Thomson dan lewis
(1978) membagi periode perkembangan penduduk dunia ke dalam lima periode,
yaitu:
1. Periode 1650-1800
Ditandai dengan
perkembangan teknik-teknik pertanian baru, pendirian pabrik-pabrik dalam tahap
awal serta pengembangan sarana transportasi dan perhubungan, disertai dengan
kestabilan politik yang relatif terjadi dibanyak negara di dunia. Penduduk
dunia pada akhir periode ini diperkirakan sebanyak 900 juta jiwa dengan tingkat
pertumbuhan penduduk 0,4 persen per tahun.
2. Periode 1800-1850
Pertumbuhan penduduk
dunia sudah menunjukkan variasi antara negara satu dengan yang lain maupun
antara satu kawasan benua dengan kawasan benua yang lain. Di Eropa dalam waktu
50 tahun penduduknya bertambah sekitar 33,3 persen. Peningkatan penataan
kehidupan politik dan ekonomi bangsa-bangsa pada masa ini mendorong stabilnya
penyediaan pangan yang cukup bagi penduduk, di samping kesadaran kesehatan
lingkungan.
3. Periode 1850-1900
Ditandai dengan sudah
banyaknya negara di dunia yang sudah melaksanakan sensus penduduk secara
lengkap, sehingga data kependudukan dunia sudah semakin banyak dan
reliabilitasnya semakin tinggi. Kemajuan teknologi pada masa ini semakin
mendorong peningkatan produktivitas manusia. Pengorganisasian kehidupan sosial,
ekonomi, dan politik penduduk negara-negara barat semakin nampak terutama
daerah urban. Dalam periode ini juga telah mulai menurunnya tingkat fertilitas
di beberapa negara, sudah timbul kesadaran dan keyakinan bahwa pertumbuhan
penduduk sepenuhnya dapat dikendalikan dari tingkat kelahiran dan kematian.
4. Periode 1900-1930
Peristiwa dunia yang
membawa pengaruh demografis yang besar ialah Perang Dunia 1. Dalam peristiwa
ini banyak penduduk yang meninggal di medan perang, ataupun meninggal karena
buruknya keadaan ekonomi. Banyak negara yang dilanda penyakit yang menyebabkan
kematian terutama infeksi.
5. Periode 1930 sampai sekarang
Merupakan periode peledakan
penduduk dunia yang cukup besar terutama setelah Perang Dunia II. Peningkatan
pelayanan kesehatan semakin meningkat terutama dengan penemuan berbagai jenis
obat anti biotika. Penemuan teknologi-teknologi modern semakin mendorong
peningkatan kualitas hidup. Disatu pihak keadaan ini justru semakin
mensukseskan usaha pengendalian penduduk negara-negara maju, namun sebaliknya
di negara-negara yang belum maju terutama pada awal periode justru mendorong
pertambahan penduduk yang cukup besar. Dalam periode inilah angka 4 Milyar dari
jumlah penduduk dunia dicapai. Dalam periode ini pula, kesadaran akan penurunan
tingkat kelahiran sebagai usaha menekan laju pertumbuhan penduduk, menjadi
progam internasional yang mencakup hampir semua negara di dunia.
Jika
penduduk dunia terus bertambah dengan kecepatan 2% setahun maka dalam sekitar
tujuh abad lagi maka hanya akan ada tempat untuk duduk di dunia ini. Penduduk
dunia tidaklah bertambah secara merata menurut tempat. Sebagian daerah
bertambah secara cepat dari yang lainnya, jadi disamping jumlah, distribusi
penduduk menurut geografi juga perl diperhatikan.
Terjadinya
ledakan penduduk dimulai dari Eropa karena Revolusi Industri dimulai disana.
Bangsa Eropa kemudian menyebar ke Amerika (utara sampai selatan), Australia,
Afrika Selatan, dan Selandia Baru. Kemudian menjajah hampir seluruh dunia.
Perkembangan
penduduk dunia mula-mula berjalan lambat hingga zaman modern dan kemudian
berjalan dengan semakin cepat sepanjang sejarah manusia hingga tahun 2000. Sehingga
pertumbuhan penduduk sulit dikendalikan dan akan berakibat pada ledakan
penduduk.
2. Perkembangan
Penduduk Jawa Abad Ke-19
Indonesia, sekali pun untuk Jawa, informasi
atau data demografi abad ke-19 yang tersedia sangat terbatas. Bahkan informasi
yang sangat dasar seperti angka-angka jumlah penduduk sering merupakan sumber
perdebatan. Para ahli pada umumnya berpendapat adanya under enumeration bagi
angka-angka jumlah penduduk resmi awal abad ke-19. Namun angka-angka tersebut
seperti angka "sensus" Raffles masih dipandang bermanfaat. Bahkan ada
penulis-penulis yang walaupun mengakui angka Raffles terlalu rendah sebagai
penduduk Jawa di permulaan abad ke-19, telah mengambil data "sensus"
Raffles tersebut sebagai hitungan awal.
Breman
berpendapat bahwa angka-angka pertambahan penduduk Jawa pada abad ke-19 atas
dasar angka-angka resmi lebih tinggi daripada kenyataan yang sesungguhnya
walaupun dibandingkan dengan abad-abad sebelumnya dan dengan masyarakat
praindustri lainnya, Jawa mengalami pertambahan penduduk yang sangat cepat.
Alasan-alasan
terpenting yang umumnya dikemukakan untuk menerangkan perkembangan penduduk
cepat di Jawa berkisar pada:[1]
a. Terjadinya
perbaikan tingkat hidup dari penduduk pribumi;
b. Meluasnya
pelayanan kesehatan; kongkritnya adalah introduksi vaksinasi cacar; dan
c. Perwujudan
ketertiban dan perdamaian oleh pemerintah Belanda.
Perkembangan
penduduk dihubungkan dengan meningkatnya pengaruh sistem pemerintah kolonial
Belanda terhadap berbagai lapangan kehidupan.
Berdasarkan sensus penduduk Indonesia, penduduk tahun
2010 menunjukkan jumlah 238,5 juta jiwa.Sebanyak 54,7 persen penduduk Indonesia
atau sekitar 305,6 juta jiwa terpusat di area Pulau Jawa (Tempo.co, 8 Februari
2013). Kepadatan penduduk tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan
sensus penduduk yang dilakukan pada 2010, kepadatan penduduk sudah terjadi di
Jawa Barat sejak saat itu hingga dua dasawarsa mendatang. Yang mana pada tahun 2035,
Jawa Barat diperkirakan akan menjadi provinsi terpadat dengan jumlah penduduk
57,1 juta jiwa.
Berdasarkan data proyeksi Badan Pusat Statistik,
pertumbuhan penduduk di Jawa Barat 18,6 persen pada 2035. Kepadatan penduduk
secara berurutan juga terjadi di Provinsi Jawa Timur 41,1 juta jiwa, Jawa
Tengah 37,2 juta jiwa, Banten 16,03 juta jiwa, dan Jakarta 11,4 juta jiwa.
Adapun pertumbuhan penduduk di Jakarta berada di kisaran 3,9 persen hingga
2035.
Dalam hal pertumbuhan penduduk sebenarnya pulau Jawa
adalah daerah dengan pertumbuhan penduduk paling rendah dibanding dengan
daerah-daerah lainnya, seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan pulau lainnya.
Namun untuk kepadatan, pulau Jawa-lah yang menempati posisi teratas pulau
dengan penduduk tertinggi.
Bertambah padatnya penduduk pulau Jawa tidak
terlepas dari meningkatnya proses urbanisasi khususnya ke Jakarta dan daerah penyanggah
lainnya, di mana prosesnya meningkat setelah era 1980-an. Jika pada 1980,
urbanisasi ke Jakarta mencapai 93,69 persen, kemudian meningkat menjadi 100
persen pada 1990 dan stabil 100 persen pada 1995.
Meskipun begitu, pulau Jawa masih unggul dalam
tingkat migrasi keluar dengan 2,59% pada tahun 1980. Tingginya tingkat migrasi
ini jelas berkaitan dengan semakin kritisnya jumlah penduduk masyarakat Jawa.
Dilihat dari segi asal migran, yaitu pulau tempat tinggal sebelumnya, maka
nampak bahwa mayoritas migran berasal dari pulau Jawa yaitu 61,88% pada tahun
1980. Kemudian disusul dengan pulau Sumatra dengan 16,49%. Dari uraian di atas
sekiranya dapat dikatakan bahwa migrasi penduduk Indonesia identik dengan
migrasi penduduk Jawa-Sumatra. Hal ini disebabkan karena volume serta arah
migrasi di luar Jawa-Sumatra kurang memberi bentuk serta warna terhadap
fenomena migrasi di Indonesia (Sunarto, 1985: 57)
Dalam hal migrasi masuk, lebih dari seperempat dari
jumlah migran total di Indonesia telah memasuki Jakarta. Tidak kalah menariknya
adalah ketiga provinsi di pulau Jawa, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten dan
Jawa Timur. Ketiga provinsi yang amat padat ini menerima imigran dari provinsi
lain luar pulau jawa sebesar 23,51% dari jumlah migran seluruh Indonesia.
Masuknya migran-migran dari luar pulau Jawa untuk
meninggali pulau Jawa tidak lain karena faktor ekonomi. Banyak sekali kegiatan
ekonomi yang berada di pulau Jawa dan juga aksesibilitas pulau Jawa sangat
mudah dibanding daerah lainnya. Segala jenis moda transportasi lengkap di pulau
Jawa untuk menunjang perekonomian. Dengan kemudahan ini pastinya harga-harga
kebutuhan di Pulau Jawa bisa dikatakan murah dibanding pulau-pulau lainnya.
3. Penduduk
Indonesia Abad ke-20
Dalam
zaman sebelum Indonesia merdeka, pengumpulan data jumlah penduduk yang lebih
seksama mencakup seluruh wilayah Indonesia dilaksanakan untuk pertama kali pada
tahun 1920 yang dikenal sebagai Sensus Penduduk 1920. Sesudah itu berlangsung
lima kali pengumpulan data penduduk melalui sensus yaitu satu kali sebelum
Indonesia merdeka pada tahun 1930, dan empat kali setelah Indonesia merdeka
masing-masing pada tahun 1961, 1971, 1980, dan 1990. Data jumlah penduduk dari
keempat sumber ini cukup dapat dipercaya.
Dalam
masa 60 tahun terakhir antara 1930-1990 jumlah penduduk Indonesia hampir
menjadi tiga (3) kali lipat. Suatu percepatan perkembangan penduduk telah
terjadi di Indonesia dalam jangka waktu lima (5) dekade terakhir hingga tahun
1980. Namun pada periode 1980-1990 perkembangan penduduk Indonesia secara
keseluruhan telah menurun menjadi sekitar 2,0 persen per tahun. Perkembangan
penduduk tahunan yang sedang berlangsung dewasa ini lebih rendah di Jawa
dibandingkan dengan kebanyakan pulau-pulau lain di luar Jawa.
Jumlah Penduduk di suatu Negara tidak terlepas dari
masalah pertambahan penduduk alami. Dimana beberapa Negara berkembang mempunyai
pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi
(Sunarto, 1985: 1). Negara berkembang seperti Indonesia, angka pertumbuhannya berada
dikisaran 2,3%, berbeda dengan Negara maju seperti Belanda, Inggris ataupun
Jerman yang berada di angka kisaran -0,2%.
Dengan angka 2,3% maka Indonesia akan mengalami
lonjakan jumlah penduduk yang tinggi. Berdasar pada hasil Sensus Penduduk
Indonesia tahun 1980, jumlah penduduk Indonesia sebesar 147.490.000 jiwa.
Kemudian menurut Sensus Penduduk Indonesia pada tahun 2010 penduduk Indonesia
sudah berjumlah 238.500.000 jiwa. Kita bisa bayangkan betapa dahsyatnya
perkembangan penduduk Indonesia dalam kurun waktu 30 tahun. Dengan jumlah tersebut
Indonesia menempati posisi ke empat dengan jumlah penduduk Negara terbanyak.
Kedudukan tersebut ternyata tidak berubah sejak tahun 1961.
Jumlah penduduk yang besar akan menimbulkan
permasalahan apabila tidak dimanfaatkan dengan baik. Besarnya jumlah penduduk
di Indonesia lebih merupakan beban daripada modal pembangunan. Hal ini
disebabkan karena penduduk Indonesia bersifat konsumtif (Sunarto, 1985: 2).
Selain konsumtif, masyarakat Indonesia dirasa masih belum mampu menciptakan
lapangan pekerjaannya sendiri. Keadaan itu berbeda jauh dari Negara Jepang,
yaitu jumlah penduduk yang besar merupakan kekayaan dan modal utama bagi
lajunya pertumbuhan ekonomi. Banyak orang-orang Jepang membuka lapangan
pekerjaan sendiri dengan berskala Internasional.
Besarnya jumlah penduduk di Indonesia dari sensus ke
sensus terus meningkat, sedangkan daya dukung alam (kekayaan alam) yang
tersedia tidak pernah bertambah, bersifat terbatas, sehingga makin lama makin
menipis (Muhsinatun dkk, 2002: 24). Sehubungan dengan peningkatan jumlah
penduduk dan penipisan sumber alam, kesejahteraan hidup pun semakin rendah dan
akan menambah jumlah masyarakat miskin.
Besarnya jumlah penduduk juga akan berdampak pada
penyempitan lahan hijau. Hal ini dikarenakan banyaknya orang yang membutuhkan
lahan untuk pemukiman dan juga untuk membuka usaha, yang mana mengorbankan
lahan terbuka hijau. Hal inilah yang menyebabkan kepadatan penduduk semakin
tinggi. Kepadatan ini biasanya terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta,
Surabaya, Bandung. Di kota-kota besar harga tanah terus meninggi, sehingga
hanya golongan ekonomi kuat yang mampu memiliki rumah, sementara golongan
terbesar masyarakat tidak memiliki rumah yang layak, bahkan tidak sedikit yang
tunawisma dan hidup sebagai gelandangan.
Untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut perlu
dilakukan perbaikan terpadu dari seluruh bidang kehidupan, dalam hal ini
meliputi sarana kesehatan, sarana pendidikan, kebutuhan pangan.
1. Sarana kesehatan
Pemenuhan
sarana kesehatan perlu untuk dikaji lebih lanjut, apabila dalam pemenuhan
sarana kesehatan tersebut tidak diimbangi dengan kenaikan jumlah penduduk yang
setiap tahun bertambah. Hal ini akan menjadikan sebuah masalah baru yang akan
menambah masalah yang telah ada sebelumnya. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan
akan sarana kesehatan pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan kualitas
sarana kesehatan, diantaranya dengan membuat jaminan pemeliharaan kesehatan
berupa asuransi sosial kesehatan seperti penduduk negara maju.
2. Sarana Pendidikan
Kebutuhan
akan pendidikan tidak dapat dipungkiri merupakan kebutuhan pokok penduduk yang
telah menjadi bagian penting dalam kehidupan mereka. Sebab hal ini sangat
terkait dengan indikator laju pertumbuhan penduduk lainnya. Pemenuhan sarana
pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah harus dapat memenuhi permintaan
masyarakat terutama bila terkait dengan laju pertumbuhan penduduk yang tiap
tahun mengalami kenaikan. Sarana pendidikan ini digunakan untuk membentuk SDM
yang tangguh untuk bersaing di dunia kerja. Pendidikan yang dapat membangun
manusia Indonesia yang mampu mengantisipasi, melakukan prevensi dan adaptasi
serta berjuang melawan pengaruh-pengaruh luar negeri agar tidak mengganggu
kehidupan bangsa Indonesia. Namun, hal itu harus di dukung dengan dengan sarana
dan prasarana yang memadai seperti memperkuat kelembagaan pendidikan dan
fasilitasnya, program pendidikan berkualitas tersebar secara geografi, dan juga
penguasaan pengetahuan ekonomi dasar dan ekonomi pembangunan yang benar.
3. Kebutuhan Pangan
Kebutuhan
pangan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang tidak dapat ditunda
lagi upaya pemenuhannya. Hal itu merupakan bagian yang penting terutama terkait
dengan proses dan ciri makhluk hidup yaitu makan. Pertumbuhan penduduk, baik
dunia maupun Indonesia menjadi permasalahn paling mendasar dalam pemenuhan
pangan. Jika pertumbuhan penduduk tidak terkontrol, Indonesia akan menghadapi
masalah penyediaan pangan dan pemeliharaan gizi masyarakat.
Indonesia
merupakan salah satu Negara dengan tingkat permintaan pangan yang tinggi.
Sebetulnya, permasalahan pemenuhan kebutuhan pangan ini justru dapat menjadi
peluang bagi Indonesia sebagai Negara agraris karena sebagian besar mata
pencaharian penduduk tergantung pada sektor pertanian.
Perolehan pangan
yang cukup sesuai norma gizi merupakan hak azasi manusia karena hidup dan
kehidupan yang sehat adalah hak azasi manusia. Ketahanan pangan merupakan
indikator kesejahteraan individu (keluarga) sehingga mestinya menjadi salah
satu tujuan utama pembangunan. Ketahanan pangan sebagai prasyarat untuk
pembangunan sumber daya manusia yang sehat menjadikannya sebagai instrumen
pembangunan. Pembangunan hanya dapat berhasil jika dilaksanakan dan didukung
oleh insan yang sehat dan produktif. Ketahanan pangan yang mantap juga esensial
untuk menjaga stabilitas sosial-politik yang pada gilirannya berfungsi sebagai
prasyarat pelaksanaan pembangunan.
Jumlah penduduk yang besar harusnya
menjadi sumber kekuatan bagi negaranya dan bukan malah menjadi beban untuk
negaranya. Bila penduduk yang berada di dalam Negara tersebut memiliki daya
saing yang tinggi dan kompetensi yang teruji, secara otomatis penduduknya
menjadi sumberdaya bagi negaranya. Ketika penduduk di suatu Negara telah
menjadi sumberdaya bagi negaranya. Maka, ini merupakan suatu point penting
berkenaan dengan ketahanan nasional di negaranya. Apa sebabnya? penduduk yang
menjadi sumberdaya, mereka mempunyai kekuatan untuk dapat menghasilkan sesuatu
ketika negara tersebut di embargo oleh negara lain.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian sejarah perkembangan penduduk baik di dunia,
indonesia, maupun di Pulau Jawa, dapat ditarik kesimpulan bahwa penduduk selalu
mengalami peningkatan dari zaman batu tua, batu muda hingga zaman perunggu
pertambahan penduduk cukup signifikan. Pertumbuhan penduduk ini tak terlepas
dari dukungan angka kelahiran yang tinggi dan angka kematian yang rendah. Laju
pertumbuhan penduduk dunia meningkat dengan cepat dimulai pada tahun 1650,
dimana revolusi pertanian mulai dilakukan sehingga terjadi peningkatan mutu
kualitas hidup masyarakat luas. Revolusi pertanian pertama kali terjadi di
Eropa dan mulai menyebar keseluruh negara-negara bagian.
Namun menjelang permulaan abad ke-20, dibeberapa negara
barat telah terjadi penurunan tingkat kelahiran dan kematian. Namun sebaliknya
di beberapa negara yang sedang berkembang justru tingkat kelahiran tinggi yang
tidak dibarengi oleh tingginya tingkat kematian. Sehingga negara-negara
berkembang cenderung berpenduduk banyak dan padat. Seperti halnya negara Indonesia,
yang merupakan salah satu negara sedang berkembang yang memiliki jumlah
penduduk besar ke-4 dunia dengan jumlah pulau lebih dari 13.666. namun jumlah
penduduk terbesar ada di pulau Jawa, karena Pulau Jawa dilihat secara geografis
letaknya sangat strategis dan subur. Selain itu juga sarana prasarana sosial di
pulau jawa cukup memadai. Sehingga tingkat mutu hidupnya tinggi.
Melihat jumlah penduduk yang kian meningkat, maka
pemerintah serta pihak –pihak yang menangani maslah kependudukan perlu menanganinya
baik secara regional maupun internasional. Dimaksudkan agar pertumbuhan
penduudk dunia dapat dikendalikan.
[1]Ibid.,hal.71
Disusun
Oleh:
1. Wulan
Nurwitasari 12416244027
2. Wiwit
Wijanarsih 13416241013
3. Lendi
Tri Wijaya 13416241019
4. Tati
Nur Amanah 13416244012
5. Fauzi
Styobudi 13416244013
6. Tista Veris Ayudiana 13416244014
PENDIDIKAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
2014
0 komentar:
Posting Komentar