Kamis, 03 April 2014

Muda-Mudi Bali Ciuman Massal Usai Nyepi

Foto: Istimewa 
DENPASAR - Setelah tapa berata penyepian, muda mudi Banjar Banjar Kaja Sesetan,  Kecamatan Denpasar Selatan, memiliki cara unik dalam meluapkan kegembiraan. Mereka meluapkannya dengan menggelar tradisi omed-omedan yang ditingkaki aksi ciuman.

Omed-omedan merupakan sebuah tradisi budaya adiluhung dan unik Banjar Kaja Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan setiap tahun digelar usai Nyepi seperti dilaksanakan hari ini, Selasa (1/4/2014).

Tradisi ini merupakan bentuk kreatifitas pemuda-pemudi tergabung dalam Sekaa Teruna Satya Dharma Kerti. Ribuan warga tidak melewatkan untuk menyaksikan yang digelar di Jalan Sesetan, termasuk pejabat seperti Camat Denpasar Selatan AA Gede Risnawan, Kabag Kesra Setda Kota Denpasar I Gstt Bagus Mataram, Anggota DPRD Kota Denpasar I Ketut Resmiasa.

"Kami menjalankan tradisi ini sejak zaman dahulu hingga saat ini masih diwariskan warga setempat," katanya, Kelihan Adat Banjar Kaja Sesetan I Made Sukaja, saat ditemui di temui usai acara.

Sebelum kegiatan digelar, didahului dengan ritual para Sulinggih atau Pemangku melaksanakan matur piuning di Pura Banjar setempat kemudian dilanjutkan dengan pemerikan air suci ke areal pelaksanaan Omed-omedan. Barulah, dilaksanakan persembahyangan Sekaa Teruna Satya Dharma Kerti supaya selamat dalam pelaksaanaan Omed-omedan ini.

Seusai persembahyangan bersama, sambung Sukaja, diawali pementasan Barong Bangkung di areal pelaksanaan Omed-omedan. Barulah, keluar sekumpulan muda-mudi membentuk barisan yang terdiri dari 20 orang menuju arah utara dan selatan.

Setelah ada aba-aba barulah tradisi dimulai di mana pemuda dan pemudi yang ditunjuk kemudian didorong ramai-ramai hingga bertemu dan saling berhimpitan. Saat dalam jarak pendek itulah, pemuda itu berusaha mendaratkan ciuman ke arah pemudi yang dipilih.

Tak lama setelah itu, diguyur atau disiram air menandai selesainya aksi si pria yang kemudian ditarik kembali ke barisan. Warga setempat meyakini, bila acara ini tak diselenggarakan, dalam satu tahun mendatang berkah Sang Dewata sulit diharapkan dan berbagai peristiwa buruk akan datang menimpa.

"Tradisi ini mempertemukan pemuda-pemudi ini, tidak hanya menonjolkan keceriaan semata, namun lebih pada rasa kebersamaan antar sekaa teruna sehingga menimbulkan keharmonisan antar anggota" papar Sukaja.

Seorang peserta Omed-omedan Wira Suryawan, mengaku bangga, rasa persaudaraan sebagai keluarga besar Banjar Kaja semakin terpupuk. "Ini memupuk rasa memiliki dan hidup lebih bermakna ketika mengikuti prosesi ini. Sebagai Seka Teruna Teruni Banjar Kaja," tukasnya. 

Dia mengungkapkan, prosesi Omed-omedan bukan hanya sebatas pelengkap dalam hidup, lebih dari itu, sudah menjadi kisah hati. Cerita sejarah dan memberi nuansa dalam kehidupan mereka sebagai anak-anak Hindu di Banjar Kaja.

Mereka seolah sudah berjanji dalam hati melestarikan tradisi unik ini sebagai sebuah festival budaya yang tetap menonjolkan semangat kebersamaan, kedinamisan, keharmonisan, dibalut kemeriahan.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More