Yogyakarta - Sejumlah mahasiswa mungkin merasa tidak
bersyukur atas kesempatan kuliah yang mereka miliki. Sehingga tidak
mengherankan jika mereka menjalani perkuliahan dengan tidak serius yang
terlihat dari perolehan nilai Indeks Prestasi Akademis (IPK) maupun
waktu kuliah yang sangat panjang.
Padahal, tidak semua anak
berkesempatan untuk mengikuti perkuliahan sekalipun secara akademis
mereka sangat berprestasi. Titik Ulfatun, misalnya. Beruntung, berkat
beasiswa Bidik Misi, Upik -begitu panggilan akrabnya- bisa menikmati
kuliah di jurusan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Menginjak
semester empat, prestasi akademik Upik tidak pernah kendur. Terakhir,
dia mengantongi IPK 3,93 dan mengikuti silaturahmi mahasiswa Bidik Misi
nasional di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Ayah Upik, Ahmad
Zaenudin adalah seorang buruh tani. Sementara sang bunda, Marsiyah,
bekerja sebagai seorang ibu rumah tangga. Menurut Marsiyah, prestasi
akademik Upik memang sudah terlihat sejak duduk di bangku sekolah dasar.
"Sejak
SD, Upik selalu mendapatkan ranking pertama di kelasnya. Hanya sempat
dua kali mendapat ranking dua, yaitu kelas satu dan kelas enam SD.
Namun, dia selalu mendapatkan ranking terbaik sejak duduk di SMP hingga
SMK," tutur Marsiyah, seperti disitat dari situs UNY, Jumat (16/5/2014).
Meski
memiliki prestasi akademik gemilang, perjalanan anak kedua dari tiga
bersaudara itu untuk kuliah tidaklah mudah. Dengan berat hati, alumni
SMKN 2 Purworejo pada 2011 itu harus menunda keinginannya belajar selama
setahun karena tidak diterima lewat jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) saat itu.
"Akhirnya saya mboro
ke Bekasi dan bekerja di pabrik plastik. Hidup di sana berat karena
biaya makan di sana mahal. Untunglah saya tidak kost karena tinggal di
rumah paklik. Jadi saya bisa menghemat gaji," kenang Upik dengan mata
berkaca-kaca.
Satu tahun berselang, keinginan Upik untuk kuliah
kembali muncul. Warga desa Tamansari Kecamatan Butuh, Purworejo tersebut
berkomunikasi lewat email dengan guru BK di sekolahnya agar bisa
diikutsertakan dalam program Bidik Misi.
Gayung bersambut. Upik
pun dapat mengikuti SNMPTN di SMKN 2 Bekasi. Demi lolos seleksi, dia
membeli berbagai buku kisi-kisi maupun latihan soal SNMPTN. Semua itu
dilakukannya sembari bekerja.
"Saya beli buku kisi-kisi soal
SNMPTN. Saya pelajari tipe soalnya karena SNMPTN cenderung lebih ke SMA,
padahal saya dari SMK. Akhirnya, saya pun diterima di jurusan
Pendidikan Akuntansi UNY," tuturnya.
Setelah menjadi mahasiswa,
Upik pun aktif pada UKMF Penelitian Kristal FE UNY dan juga mengajar di
Panti Asuhan Putri Islam Umbulharjo. Menurut Upik, keikutsertaan dalam
organisasi memberikan nilai tambah dan ilmu lebih dari perkuliahan di
kelas.
Upik pun sukses membagi waktu antara kegiatan dan belajar. Kuncinya, kata Upik, memiliki jadwal harian.
"Biasanya
saya mengerjakan tugas pada hari Sabtu atau Minggu. Namun bila tugasnya
banyak maka saya akan usahakan selesai sebelum deadline," ungkap dara
kelahiran Purworejo, 2 Juli 1993 itu.
Sebagai mahasiswa Bidik
Misi yang telah dibiayai oleh negara, Upik berpendapat, sudah menjadi
tanggung jawabnya untuk memberikan yang terbaik pula untuk negara.
Bentuknya sederhana, yakni lewat prestasi akademik.
"Apa yang
bisa saya berikan untuk negara? Saya hanya punya ini, hasil capaian
belajar. Saya ingin membuat orangtua bangga. Mahasiswa Bidik Misi harus
berkarya bagi orang lain,"ujar Upik.
(rfa)