Ayo Dukung Serginho Van Dijk dkk di Vietnam

Inilah jadwal Timnas Indonesia saat berlaga di AFF Suzuki Cup 22 November-22 Desember 2015 di Vietnam dan Singapura.

Presiden Curhat di Twitter Tentang Megawati

Ia mengklaim selama 10 tahun ini ia sudah berupaya untuk menjalin komunikasi lagi dengan Mega namun Allah belum mengizinkan.

Pemerintah: Pilkada Tak Langsung Sesuai UUD 1945

Pernyataan pemerintah disampaikan oleh Pelaksana Tugas Dirjen Perundang-undangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Mualimin Abdi. Mualimin memberikan keterangan saat UU Pemda dan UU Penyelenggara Pemilu diuji materi oleh Forum Kajian Hukum dan Konstitusi yang menginginkan pilkada dilaksankan melalui DPRD.

Profil Universitas Negeri Yogyakarta

Univeristas Negeri Yogyakarta (UNY) adalah Universitas "pecahan" dari Universitas Gadjah Mada.

Anis Matta: Kita Menangkan Empat Pertarungan

Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anis Matta, kembali menegaskan bahwa partai Koalisi Merah Putih masih solid. Kemenangan pertarungan keempat di parlemen yang salah satunya adalah mengenai RUU Pilkada yang telah diputuskan untuk dipilih melalui DPRD.

Senin, 07 April 2014

MK: Bukan “Empat Pilar”, Pancasila Memiliki Kedudukan Tersendiri



Mahkamah Konstitusi memutuskan mengabulkan permohonan uji materi UU No. 2/2011 tentang Partai Politik - Perkara No. 100/PUU-XI/2013 -  pada sidang pengucapan putusan yang diajukan oleh Basuki Agus Suparno, dkk, Kamis (3/4) siang yang dibacakan Ketua Pleno Hamdan Zoelva, didampingi para hakim konstitusi lainnya.
Mahkamah berpendapat, menempatkan Pancasila sebagai salah satu pilar, selain mendudukkan sama dan sederajat dengan pilar yang lain, akan menimbulkan kekacauan epistimologis, ontologis, dan aksiologis. Pancasila memiliki kedudukan yang tersendiri dalam kerangka berpikir bangsa dan negara Indonesia berdasarkan konstitusi.
Menurut Mahkamah, selain sebagai dasar negara, Pancasila juga sebagai dasar filosofi negara, norma fundamental negara, ideologi negara, cita hukum negara, dan sebagainya. Oleh karena itu, menempatkan Pancasila sebagai salah satu pilar dapat mengaburkan posisi Pancasila.
Menimbang bahwa berdasarkan seluruh pertimbangan di atas, permohonan para Pemohon sepanjang mengenai frasa “empat pilar berbangsa dan bernegara yaitu” dalam Pasal 34 ayat (3b) huruf a UU Parpol beralasan menurut hukum.
“Amar putusan, mengabulkan permohonan para Pemohon untuk sebagian. Frasa  “empat pilar berbangsa dan bernegara yaitu” dalam Pasal 34 ayat (3b) huruf a UU Parpol bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat,” demikian dibacakan Hamdan Zoelva.
Sebagaimana diketahui, norma yang diujikan yaitu Pasal  34 ayat (3b) huruf a UU Parpol menyatakan, “Pendidikan Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (3a) berkaitan dengan kegiatan: (a)pendalaman mengenai empat pilar berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia” Pasal ini yang menempatkan Pancasila sebagai salah satu pilar berbangsa dan bernegara yang sejajar dengan Bhineka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia telah menimbulkan ketidakpastian hukum. Pancasila memiliki kedudukan yang tidak sama dengan Bhineka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Indonesia, oleh karena itu penempatan Pancasila tersebut merupakan kesalahan yang fatal.
Dalam sidang pengucapan putusan tersebut, Wakil Ketua Konstitusi Arief Hidayat memiliki alasan berbeda (concurring opinion). Dalam rangka penguatan fungsi dan peran partai politik memberikan pendidikan politik bagi masyarakat, berdasarkan ketentuan Pasal 34 ayat (3a) UU Parpol, partai politik yang memiliki kursi di DPR dan DPRD diberikan bantuan keuangan yang berasal dari APBN/APBD dan diprioritaskan untuk menyelenggarakan pendidikan politik bagi anggota partai politik dan masyarakat.
Menurut ketentuan Pasal 34 ayat (3b) huruf a, pendidikan politik sebagaimana dimaksud ayat (3a) berkaitan dengan kegiatan pendalaman mengenai empat pilar berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Diskursus mengenai kedudukan Pancasila sebagai dasar negara ataukah sebagai pilar negara telah lama menjadi perdebatan dalam berbagai forum akademis sejak istilah empat pilar dipopulerkan. Secara teoritis, pemahaman yang menganggap Pancasila sebagai pilar adalah kurang tepat. Pancasila bukanlah sebagai pilar, melainkan sebagai dasar negara sebagaimana tertuang dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945
Sementara itu Hakim Konstitusi Patrialis Akbar menyampaikan pendapat berbeda (dissenting opinion). Menurut Patrialis, permohonan yang diajukan para Pemohon bukan merupakan persoalan konstitusionalitas, sehingga harus dinyatakan tidak dapat diterima. Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, salah satu kewenangan MK adalah menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar, apakah suatu undang-undang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar, melanggar prinsip hak asasi manusia, bersifat diskriminasi dan lain sebagainya. “Jadi persoalan konstitusionalitas norma merupakan landasan utama bagi Mahkamah dalam melakukan uji materi suatu undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar,” kata Patrialis. (Nano Tresna Arfana/mh)

Minggu, 06 April 2014

Daftar Pemenang Panasonic Gobel Awards 2014

 

 JAKARTA - Panasonic Gobel Awards (PGA) ke-17 akhirnya sukses digelar. Malam puncak digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Sabtu (5/4/2014).

Dari 32 kategori pada tahun lalu, pada PGA kali ini, pihaknya memangkas 10 kategori menjadi 22 kategori, sehingga persaingan menjadi tambah ketat.

Dude Harlino berhasil menggondol piala untuk kategori aktor terfavorit, sedangkan Nikita Willy menjadi aktris terfavorit. Program Seputar Indonesia dan Dahsyat masih belum terkalahkan di kategorinya masing-masing.

Yang cukup menarik adalah piala yang diraih Jeremy Teti sebagai presenter berita terfavorit. Inilah pemenang Panasonic Gobel Award 2014:

Daftar Top Kategori Program

Drama Seri:
Tukang Bubur Naik Haji

Kuis & Game Show:
New Family 100

Infotainment:
Silet

Musik:
Masterpiece

Variety Show:
Dahsyat

Komedi:
Pesbukers

Talkshow Hiburan:
Pas Mantab

Olah Raga:

AFC U-19 CUP Qualification

Anak-anak:
Hafidz Indonesia

Pencarian Bakat & Reality Show:
X- Factor Indonesia

Berita:
Seputar Indonesia

Talkshow Berita & Informasi:
Lawyers Club

Investigasi & Majalah Berita:
Dua Sisi

Dokumenter dan Gaya Hidup:
On The Spot

FTV (Film Televisi):
Satpam Pencuri Hati


Daftar Top Kategori Individu

Aktor:
Dude Harlino

Aktris:
Nikita Willy

Presenter Program Hiburan:
Raffi Ahmad

Presenter Infotainment:
Fenny Rose

Presenter Berita & Talkshow:
Jeremy Teti

Presenter Olahraga:
Terry Puteri

Komedian:
Denny Cagur

Pertanyaan Interview Kerja yang Tak Wajib Dijawab

Ilustrasi: Reuters. 

JAKARTA - Pertanyaan tentang kekuatan dan kelemahan diri sendiri kerap muncul dalam interview kerja. Tetapi, terkadang pewawancara juga mengajukan pertanyaan aneh, bahkan menjurus ke kehidupan pribadi seseorang.

Ahli perusahaan global dan penulis Bernard Marr, menyatakan, banyak pewawancara mengajukan pertanyaan yang sebenarnya tidak pantas dan tidak relevan.

"Saya percaya, pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul karena minimnya pengetahuan pewawancara dan pelatihan yang didapatkannya. Bisa jadi juga, pertanyaan tersebut terlontar untuk memecahkan kekakuan dan membuat suasana lebih akrab dalam sesi interview," kata Marr, seperti dinukil dari Yahoo!, Minggu (6/4/2014).

Meski demikian, Marr mengingatkan, tujuan sebuah wawancara adalah menentukan apakah seseorang layak untuk posisi lowong yang sedang ditawarkan perusahaan; dan sebaliknya, apakah perusahaan tersebut tepat untuk Anda. Jadi, pertanyaan yang diajukan adalah untuk menakar kadar profesionalitas, kemampuan kerja, antusiasme dan kecocokan kandidat.

Marr mengajukan daftar pertanyaan yang tidak wajib Anda jawab pada sesi interview kerja. 

1. Apakah Anda memiliki anak?
2. Berapa usia Anda?
3. Apa status kewarganegaraan Anda?
4. Berapa berat badan Anda?
5. Bagaimana kondisi finansial Anda?
6. Apakah Anda memiliki utang?
7. Bagaimana status keluarga Anda?
8. Apakah Anda percaya pada Tuhan?
9. Apakah Anda mengonsumsi minuman beralkohol?
10. Apa yang Anda lakukan di akhir pekan?
11. Apa suku bangsa Anda?
12. Apakah Anda pernah ditangkap polisi?

Menurut Marr, triknya adalah bagaimana menangani pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dia mengingatkan, Anda tidak perlu menjawab pertanyaan yang tidak relevan dengan pekerjaan. Anda juga tidak perlu menjawab pertanyaan tentang ras, seks, agama, status perkawinan, umur, disabilitas atau kondisi keuangan.

Salah satu cara merespons pertanyaan sejenis itu adalah, "Saya rasa pertanyaan tersebut relevan untuk menentukan kepatutuan saya untuk pekerjaan ini."

Tetapi, imbuh Marr, menolak untuk menjawab pertanyaan juga bisa menyebabkan suasana canggung. Bahkan, bisa jadi membahayakan kesempatan Anda meraih posisi yang dilamar.

"Jika Anda tidak keberatan, Anda bisa menjawab pertanyaan tersebut. Tetapi ingat, Anda punya hak untuk tidak menjawabnya," tutur Marr.

Pengamat: PDIP "Jual" Jokowi Capres Mudahkan Pemilih





Jakarta - Psikolog Politik Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk menilai banyaknya calon anggota legislatif (caleg) pada Pemilu 2014 membuat masyarakat bingung memilih. Apalagi, banyak caleg yang tidak dikenal baik secara pribadi, visi, dan misinya.

"Dari segi pengambilan keputusan, itu sulit. Misal Anda saya kasih mobil 5 merek, itu kan pasti pusing setengah mati memilihnya," kata Hamdi di sela acara peluncuran dan bedah buku 'Personal Branding; kunci Kesuksesan Berkiprah di Dunia Politik' karya Dewi Haroen di Toko Buku Gramedia, Matraman, Jakarta, Minggu (6/4/2014).

Dengan banyaknya pilihan yang membuat bingung, lanjut Hamdi, alhasil masyarakat hanya berpedoman pada partai politik. Sebab, secara psikologi masyarakat lebih mudah mengingat parpol ketimbang sosok.

"Paling gampang bagi pemilih itu mereka akan berpedoman pada partai," ujar Hamdi.

Pun begitu dengan yang terjadi pada Jokowi yang dicapreskan PDIP. Menurut Hamdi, PDIP hanya 'menjual' demi meraih suara sebanyak-banyaknya pada Plieg 9 April nanti.

"Itu jadi harapan PDIP, karena pesona Jokowi, pusat perhatiannya ke Jokowi. Dan Jokowi identik dengan partai, sehingga mungkin orang akan memilih PDIP saja," ungkapnya.

"Itu sebabnya Jokowi dipasang sebagai strategi kampanye untuk memenangkan dan mendongkrak suara PDIP. Terutama di Pileg, ke sananya (Pilpres) kita nggak tahu," tukas Hamdi. - See more at: http://indonesia-baru.liputan6.com/read/2033233/pengamat-pdip-jual-jokowi-capres-mudahkan-pemilih#sthash.iBe55Ru2.dpuf

Jakarta - Psikolog Politik Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk menilai banyaknya calon anggota legislatif (caleg) pada Pemilu 2014 membuat masyarakat bingung memilih. Apalagi, banyak caleg yang tidak dikenal baik secara pribadi, visi, dan misinya.

"Dari segi pengambilan keputusan, itu sulit. Misal Anda saya kasih mobil 5 merek, itu kan pasti pusing setengah mati memilihnya," kata Hamdi di sela acara peluncuran dan bedah buku 'Personal Branding; kunci Kesuksesan Berkiprah di Dunia Politik' karya Dewi Haroen di Toko Buku Gramedia, Matraman, Jakarta, Minggu (6/4/2014).

Dengan banyaknya pilihan yang membuat bingung, lanjut Hamdi, alhasil masyarakat hanya berpedoman pada partai politik. Sebab, secara psikologi masyarakat lebih mudah mengingat parpol ketimbang sosok.

"Paling gampang bagi pemilih itu mereka akan berpedoman pada partai," ujar Hamdi.

Pun begitu dengan yang terjadi pada Jokowi yang dicapreskan PDIP. Menurut Hamdi, PDIP hanya 'menjual' demi meraih suara sebanyak-banyaknya pada Plieg 9 April nanti.

"Itu jadi harapan PDIP, karena pesona Jokowi, pusat perhatiannya ke Jokowi. Dan Jokowi identik dengan partai, sehingga mungkin orang akan memilih PDIP saja," ungkapnya.

"Itu sebabnya Jokowi dipasang sebagai strategi kampanye untuk memenangkan dan mendongkrak suara PDIP. Terutama di Pileg, ke sananya (Pilpres) kita nggak tahu," tukas Hamdi. - See more at: http://indonesia-baru.liputan6.com/read/2033233/pengamat-pdip-jual-jokowi-capres-mudahkan-pemilih#sthash.iBe55Ru2.dpuf
Jakarta - Psikolog Politik Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk menilai banyaknya calon anggota legislatif (caleg) pada Pemilu 2014 membuat masyarakat bingung memilih. Apalagi, banyak caleg yang tidak dikenal baik secara pribadi, visi, dan misinya.

"Dari segi pengambilan keputusan, itu sulit. Misal Anda saya kasih mobil 5 merek, itu kan pasti pusing setengah mati memilihnya," kata Hamdi di sela acara peluncuran dan bedah buku 'Personal Branding; kunci Kesuksesan Berkiprah di Dunia Politik' karya Dewi Haroen di Toko Buku Gramedia, Matraman, Jakarta, Minggu (6/4/2014).

Dengan banyaknya pilihan yang membuat bingung, lanjut Hamdi, alhasil masyarakat hanya berpedoman pada partai politik. Sebab, secara psikologi masyarakat lebih mudah mengingat parpol ketimbang sosok.

"Paling gampang bagi pemilih itu mereka akan berpedoman pada partai," ujar Hamdi.

Pun begitu dengan yang terjadi pada Jokowi yang dicapreskan PDIP. Menurut Hamdi, PDIP hanya 'menjual' demi meraih suara sebanyak-banyaknya pada Plieg 9 April nanti.

"Itu jadi harapan PDIP, karena pesona Jokowi, pusat perhatiannya ke Jokowi. Dan Jokowi identik dengan partai, sehingga mungkin orang akan memilih PDIP saja," ungkapnya.

"Itu sebabnya Jokowi dipasang sebagai strategi kampanye untuk memenangkan dan mendongkrak suara PDIP. Terutama di Pileg, ke sananya (Pilpres) kita nggak tahu," tukas Hamdi. - See more at: http://indonesia-baru.liputan6.com/read/2033233/pengamat-pdip-jual-jokowi-capres-mudahkan-pemilih#sthash.iBe55Ru2.dpuf
Jakarta - Psikolog Politik Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk menilai banyaknya calon anggota legislatif (caleg) pada Pemilu 2014 membuat masyarakat bingung memilih. Apalagi, banyak caleg yang tidak dikenal baik secara pribadi, visi, dan misinya.

"Dari segi pengambilan keputusan, itu sulit. Misal Anda saya kasih mobil 5 merek, itu kan pasti pusing setengah mati memilihnya," kata Hamdi di sela acara peluncuran dan bedah buku 'Personal Branding; kunci Kesuksesan Berkiprah di Dunia Politik' karya Dewi Haroen di Toko Buku Gramedia, Matraman, Jakarta, Minggu (6/4/2014).

Dengan banyaknya pilihan yang membuat bingung, lanjut Hamdi, alhasil masyarakat hanya berpedoman pada partai politik. Sebab, secara psikologi masyarakat lebih mudah mengingat parpol ketimbang sosok.

"Paling gampang bagi pemilih itu mereka akan berpedoman pada partai," ujar Hamdi.

Pun begitu dengan yang terjadi pada Jokowi yang dicapreskan PDIP. Menurut Hamdi, PDIP hanya 'menjual' demi meraih suara sebanyak-banyaknya pada Plieg 9 April nanti.

"Itu jadi harapan PDIP, karena pesona Jokowi, pusat perhatiannya ke Jokowi. Dan Jokowi identik dengan partai, sehingga mungkin orang akan memilih PDIP saja," ungkapnya.

"Itu sebabnya Jokowi dipasang sebagai strategi kampanye untuk memenangkan dan mendongkrak suara PDIP. Terutama di Pileg, ke sananya (Pilpres) kita nggak tahu," tukas Hamdi. - See more at: http://indonesia-baru.liputan6.com/read/2033233/pengamat-pdip-jual-jokowi-capres-mudahkan-pemilih#sthash.iBe55Ru2.dpuf
Jakarta - Psikolog Politik Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk menilai banyaknya calon anggota legislatif (caleg) pada Pemilu 2014 membuat masyarakat bingung memilih. Apalagi, banyak caleg yang tidak dikenal baik secara pribadi, visi, dan misinya.

"Dari segi pengambilan keputusan, itu sulit. Misal Anda saya kasih mobil 5 merek, itu kan pasti pusing setengah mati memilihnya," kata Hamdi di sela acara peluncuran dan bedah buku 'Personal Branding; kunci Kesuksesan Berkiprah di Dunia Politik' karya Dewi Haroen di Toko Buku Gramedia, Matraman, Jakarta, Minggu (6/4/2014).

Dengan banyaknya pilihan yang membuat bingung, lanjut Hamdi, alhasil masyarakat hanya berpedoman pada partai politik. Sebab, secara psikologi masyarakat lebih mudah mengingat parpol ketimbang sosok.

"Paling gampang bagi pemilih itu mereka akan berpedoman pada partai," ujar Hamdi.

Pun begitu dengan yang terjadi pada Jokowi yang dicapreskan PDIP. Menurut Hamdi, PDIP hanya 'menjual' demi meraih suara sebanyak-banyaknya pada Plieg 9 April nanti.

"Itu jadi harapan PDIP, karena pesona Jokowi, pusat perhatiannya ke Jokowi. Dan Jokowi identik dengan partai, sehingga mungkin orang akan memilih PDIP saja," ungkapnya.

"Itu sebabnya Jokowi dipasang sebagai strategi kampanye untuk memenangkan dan mendongkrak suara PDIP. Terutama di Pileg, ke sananya (Pilpres) kita nggak tahu," tukas Hamdi. - See more at: http://indonesia-baru.liputan6.com/read/2033233/pengamat-pdip-jual-jokowi-capres-mudahkan-pemilih#sthash.iBe55Ru2.dpuf

Menpora: Indonesia Siap Jadi Tuan Rumah Asian Games 2022

 

Yogyakarta: Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo menegaskan Indonesia siap untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan Asian Games 2022. Ini setelah Vietnam, yang menang bidding, mengundurkan diri sebagai tuan rumah.

Roy mengatakan, begitu mendengar kabar tersebut dirinya langsung berkomunikasi dengan Ketua Komite Olahraga (KOI) Rita Subowo. Setelah itu, ia memutuskan Indonesia akan mengambil tuan rumah Asian Games 2022.

"Memang betul tiga hari lalu ketua KOI sidang, apakah Indonesia siap jika Vietnam mengundurkan diri. Karena Vietnam mundur, maka diberikan ke rangking kedua, yaitu kita," kata Roy saat di RM Pringsewu, Yogyakarta, Minggu (6/4/2014).
"Memang suk mentri wis ganti (memang besok menterinya sudah ganti). Tapi, siapa pun menterinya, presidennya, Indonesia tetap satu."

Roy menambahkan, Indonesia akan menjadikan Jawa Timur sebagai tuan rumah Asian Games 2002. "Saya sudah kontak Gubernur Jatim, KONI Jatim. Kita siap jadi tuan rumah," ucap Roy.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More