JAKARTA -Salah satu syarat untuk menjadi prajurit elite
TNI AD, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) harus melewati berbagai tes
rekruitmen yang sangat sulit.
Kegiatan recruiting itu dikenal di kalangan komando dengan istilah werving yang merupakan rangkaian tes kesehatan, fisik, akademi dan psikologi.
Setelah
lulus seleksi, maka calon anggota terpilih akan dikirim ke Makopassus
di Cijantung, Jakarta Timur untuk dipersiapkan mengikuti pendidikan
komando di Batujajar, Bandung, Jawa Barat.
Setelah dinyatakan
lulus, prajurit Kopassus akan menerima penugasan di berbagai daerah,
termasuk yang memiliki medan hutan yang sangat sulit seperti di Papua.
Ada pengalaman mistik yang dibagi oleh Selvanus (bukan nama sebenarnya),
seorang prajurit Kopassus yang sempat bertugas di Papua.
Seperti dikutip Okezone
dalam buku Kopassus untuk Indonesia, karangan Iwan Santosa dan E.A
Natanegara. Saat itu Selvanus ditempatkan sebagai komandan pos di Timika
yang waktu itu sangat rawan karena keberadaan pentolan Organisasi Papua
Merdeka (OPM), Kelly Kwalik dan Thadeus Yogi.
Selvanus pun diperintahkan untuk menggerebek markas OPM yang berjarak enam hari jalan kaki dari markas Selvanus.
Tim
yang dibawanya mulai berangkat ke lokasi pada bulan Oktober yang juga
musim penghujan. Saat hari kelima, mereka bertemu sungai dengan arus
yang sangat deras. Mereka pun memutuskan untuk menyeberang dengan
menggunakan tali.
"Kebetulan saya jago renang. Jadi ketika saya
lihat ada prajurit yang masuk ke pusaran air, saya juga ikut masuk dan
menyelam," ucapnya.
Namun sampai suatu titik, sungai itu hilang
dan menjadi air terjun. Selvanus pun menepi di tengah hutan Papua yang
berada di ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut.
"Lima
orang sudah menyeberang, tiga belum menyeberang dan saya hanyut bersama
si Kopral. Ini adalah satu-satunya motivasi saya untuk bertahan dan
mencari Kopral itu," terangnya.
Saat ia keasyikan mencari prajurit tersebut, Selvanus tidak dapat kembali pulang. Dia pun tersesat di dalam hutan belantara.
"Di
kepala saya, saya harus mencari arah ke Timika untuk melapor ke
komandan dan melanjutkan mencari anak buah yang hilang," tuturnya.
Saat
hari keenam, Selvanus sudah berada di ambang sadar. Semua perlengkapan
termasuk sepatunya hanyut dibawa arus sungai yang deras.
"Hari
keenam itu saya sudah melihat alam lain. Saya mulai mengobrol dan
berkomunikasi. Mungkin itu hanya halusinasi saja. Namun anehnya, saya
masih terus bisa berjalan, bahkan sampai hari kesebelas dan berhasil
menyeberangi sungai dengan lebar 200 meter sebelum tiba di Timika. Dan
akhirnya, Selvanus yang hilang di hutan Papua selama delapan belas hari,
berhasil ditemukan oleh warga di Timika dengan selamat.
"Saat
itu saya hanya tinggal tulang berbalut kulit, mata yang terus berputar
liar dan telapak kaki yang bengkak akibat tertancap potongan kayu.
Dokter yang memeriksa saya saat itu menyatakan bebas dari penyakit
malaria dan cacing tambang," bebernya.
Setelah dinyatakan sehat, Selvanus diundang oleh Pangdam Cendrawasih ke Jayapura untuk menikmati makan malam.
"Anehnya,
makanan satu meja itu semua habis saya makan sendiri. Saya makan banyak
begitu bukan balas dendam, tapi rupanya ada yang 'ikut'. Tiba-tiba saya
ingat bahwa saya selama di hutan memang selalu ditemani tiga orang.
Kalau matahari sudah terbenam, satu memijati kaki, satu memijati pundak
dan satu lagi berbagi rokok dengan saya. Alamnya sudah lain,"
pungkasnya.
sumber: Okezone.com
0 komentar:
Posting Komentar