TEMPO.CO, Jakarta
- Guru Besar Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
Hikmahanto Juwana, mengatakan apabila pesawat kepresidenan Indonesia
didominasi warna biru, maka akan sama dengan warna pesawat kepresidenan
Amerika Serikat. "Amerika juga biru, tapi sepertinya tak akan ada
masalah. Justru bagus karena sekarang Indonesia punya pesawat
kepresidenan," kata Hikmahanto saat dihubungi, Kamis, 10 April 2014.
(baca: Kontroversi Pesawat Kepresidenan RI)
Hanya
saja, Hikmahanto mengaku belum melihat gambar pesawat kepresidenan
Indonesia yang baru mendarat di Halim Perdanakusuma hari ini, Rabu, 10
April 2014. Pesawat itu diterbangkan dari Guam, kepulauan di Samudera
Pasifik yang dulu dijadikan pangkalan pasukan sekutu untuk mengalahkan
Jepang pada Perang Dunia II.
Menurut dia, pemilihan warna biru
muda untuk pesawat kepresidenan dirasa tak bakal menimbulkan isu miring.
Sebab, selama ini memang tak ada regulasi yang mengatur estetika
pesawat kepresidenan. "Apalagi, ini pesawat kepresidenan pertama. Jadi,
tak bisa dibandingkan dengan sebelumnya," kata Hikmahanto.
Menurut
Hikmahanto, pemilihan warna biru muda itu juga tak bisa dianggap
sebagai langkah yang tak nasionalis. "Garuda dulu pernah catnya
merah-putih, tapi sekarang biru. Itu tak pernah menjadi masalah," kata
Hikmahanto. "Pemilihan biru muda itu pasti sudah dikaji sebelumnya."
Hikmahanto
merasa sudah sepatutnya Indonesia memiliki pesawat kepresidenan. Selama
ini, presiden harus menyewa pesawat komersil Garuda jika harus
bepergian. "Ukuran Indonesia yang begitu besar, selayaknya presiden
menggunakan pesawat khusus," ujar dia. (baca: Antara Pesawat Presiden dan Nyawa Satinah)
"Perjalanan
presiden bisa lebih mudah. Ini penting ketika nanti presiden harus
melakukan penerbangan terkait urusan diplomasi," kata Hikmahanto.
0 komentar:
Posting Komentar